News Update :

Cerita Aneh

Tips &Cara

Teknologi

Berita

Ngentot Dengan Si Yuli

Senin, 31 Maret 2014 01.36


Cerita Dewasa Nafsu Besar - Ngentot Dengan Yuli. Namaku Memed, awas jangan salah menyebut namaku menjadi memek, ketika itu (tahun 1978) umurku baru 12 tahun, namun anehnya hasrat seksualku telah begitu kuat, sehingga kadang sulit untuk diredam. Imajinasiku kadang demikian melambung mengkhayalkan hal-hal yang tidak layak dipikirkan dan dikhayalkan anak seusiaku. Hasrat seksual itu sering muncul begitu saja tanpa sebab yang jelas.

Pernah, suatu malam ketika keluargaku sedang menonton TV. Kebetulan ruang nonton TV dalam keadaan gelap, karena lampunya dimatikan, hanya diterangi oleh cahaya dari layar TV. Menjelang tengah malam semuanya tertidur, kecuali aku. Aku melihat adikku Tuti, dua tahun di bawahku, tepat berada di sampingku. Entah kenapa tiba-tiba hasrat seksualku muncul tiba-tiba. Tanganku merayap, menyibakkan rok yang dipakai adikku, tanganku perlahan-lahan meraba-raba belahan memek di balik celana dalamnya, yang tentunya masih bersih belum tumbuh bulu sedikit pun. Keberanianku semakin muncul, karena tidak ada reaksi dari adikku, kulepaskan tangan sambil sedikit memiringkan tubuhku dan kucium bibirnya, tak ada reaksi.

Karena khawatir ketahuan yang lain, apa lagi kalau adikku bangun, kuhentikan aktivitasku. Namun, debaran dada semakin meledak-ledak, karena hasrat yang sangat sulit dibendung, tapi rasa takut mengalahkan hasratku yang meledak-ledak.

Bayangan dan hasrat semalam tenyata masih terbawa sampai esok harinya. Kepala terasa berat, menahan hasrat yang demikian menekan. Sampai jam empat sore bayangan-bayangan kejadian malam malah semakin menggila. Akhirnya aku mencari akal bagaimana melampiaskan hasrat tersebut. Aku pergi ke belakang rumah dengan maksud untuk bermain sekedar menepis bayangan semalam. Sesampainya di belakang, aku melihat dua ekor kambing betina.

Tiba-tiba muncul pikiran yang sebelumnya belum pernah singgah, aku dekati kambing itu dan menatapnya dengan seksama, khususnya bagian belakangnya, bagian yang tertutup ekornya. Kupegang dan kuusap-usap bagian punggungnya dan terus ke arah belakang, sementara itu kontolku telah sedemikian ngaceng di balik celana pendek yang kupakai.

Anehnya kambing itu diam saja ketika memeknya kuusap-usap, seperti menikmatinya. Selama tanganku meraba-raba memek kambing itu, pandanganku melihat-lihat jangan-jangan ada orang di sekitar situ dan memergoki apa yang kulakukan. Lima belas menit kemudian, setelah yakin tidak ada orang, kubuka resleting celanaku perlahan-lahan dan mengeluarkan kontolku yang telah sedemikian ngaceng. Kontolku langsung keluar, karena memang aku tidak pernah memakai celana dalam. Aku mulai memakai celana dalam setelah aku kelas tiga SMP, dua tahun kemudian.

Perlahan-lahan kudekatkan kontolku dan kugosok-gosok ke memek kambing itu. Perasaan enak terasa di ujung kontolku, entah mengapa, mungkin karena imajinasiku membayangkan bahwa memek yang sedang kugesek-gesek itu adalah memek adikku. Setelah merasa puas menggosok-gosok kontolku, kumasukkan pelan-pelan kontolku ke dalam memek kambing betina itu, hingga akhirnya masuk semua.

Ketika kontolku telah masuk semua, kambing itu mengembik, namun suaranya terasa agak lain, lebih menyerupai erangan. Kukocok pelan-pelan, takut mbek itu berontak dan kabur, karena tidak diikat. Namun kambing itu tetap diam, malah terasa kambing itu seperti menggoyang-goyangkan pantatnya dan menekan badannya ke arah belakang, sehingga kontolku semakin dalam memasuki memek kambing itu. Sambil mengocok kontol, mulutku menyebut-nyebut nama adikku, kadang teman-teman perempuan sekelasku, dan siapa saja perempuan yang melintas dalam ingatanku.

"Oohh.. Tuti, memekmu enak sekali... oh Mirna.. Henceutmu gurih, oh Maryam sayangku.."

Aku semakin mempercepat kocokan kontolku. Mungkin karena baru pertama melakukan itu dan imajinasiku yang semakin menggila, tidak lama terasa ada sesuatu mendesak dari dalam perutku yang mengarak ke arah kontolku. Seluruh badanku terasa merinding menahan nikmat yang sulit untuk dikatakan. Dan akhirnya, crot-crot.. Entah berapa kali. Kutekan tubuhku dengan menarik tubuh kambing bagian belakang karena takut jatuh, badanku terasa lemas. Setelah agak lama aku membiarkan kontolku di dalam memek kambing itu, kucabut perlahan, terasa linu namun sangat-sangat enak. Setelah kejadian itu, bila hasratku kembali muncul aku mendatangi kambing itu. Dan kulakukan itu hampir tiap hari.

Tiga bulan kemudian, sepulang sekolah ketika hasratku kembali muncul karena di sekolah melihat temanku yang pingsan dan dengan tidak sengaja melihat celana dalamnya, hasrat seksualku muncul sedemikian kuat. Aku pergi ke belakang rumah tempat biasanya sang kambing merumput, aku tidak menemukannya di sana. Kucari ke tempat lain di sekitar rumahku juga tidak ada. Di antara rasa penasaran, heran dan hasrat seksual yang demikian kuat, kutanyakan kepada ibuku. Ia mengatakan bahwa kambing itu setelah aku pergi sekolah dibawa ayah untuk dijual ke Pak Lurah. Walaupun penasaran aku tidak bisa bilang apa-apa, namun demikian ternyata tidak juga menyurutkan hasrat seksualku. Aku kembali ke belakang rumah, mencari akal untuk melampiaskan hasratku yang tidak kunjung terpuaskan.

Tak jauh di belakang rumahku terdapat kebun yang ditumbuhi tanaman jagung, luasnya hampir lima hektar. Di situlah biasanya aku bermain. Aku biasanya bermain sendirian, entah mengapa aku tidak begitu suka main dengan teman sebaya. Sesampainya di tengah-tengah kebun jagung, di antara pohon-pohon jagung aku duduk sambil meluruskan kaki. Tanpa sadar tanganku mengusap-usap kontolku dari luar celana. Karena asyiknya, tanpa kuketahui tiba-tiba di depanku ada seekor ayam betina yang sedang mencari makan. Entah pikiran dari mana, tiba-tiba aku punya pikiran untuk menyetubuhi ayam itu.

Pelahan-lahan sambil mengendap-endap kudekati ayam itu, dan kutangkap. Ternyata ayam itu milik orang tuaku. Karena aku biasa memberinya makan sehingga ayam itu dengan mudahnya kutangkap, walau pun tetap saja mau melepaskan diri, mungkin karena merasa diganggu saat sedang enak-enaknya makan.

Ayam itu kuusap-usap kepala dan punggungnya supaya diam. Setelah tenang, kubuka resleting celanaku dan kukeluarkan kontolku. Sambil kupegang ayam itu dengan kedua tanganku, pelan-pelan kudekatkan pantat ayam itu ke kepala kontolku, dan kutekan pelan-pelan. Karena kontolku sedemikian ngacengnya dan keras, sedikit demi sedikit kontolku masuk ke dubur ayam itu, terasa sulit dan pedih-pedih enak, namun kutekan terus. Ayam itu berontak dan berkotek-kotek serta berusaha melepaskan diri. Kupegang lebih kencang karena takut lepas, sambil ditekan lebih kuat. Akhirnya seluruh kontolku masuk. Ayam itu tetap berkotek dan berusaha melepaskan diri.

Pelan-pelan ayam itu kuangkat sedikit dan kutekan kembali perlahan-lahan dan akhirnya semakin kencang. Aku ingin cepat-cepat menyelesaikan 'proyek' kecil yang mengasyikkan namun menegangkan itu. Tak lama kemudian seluruh badanku terasa merinding menahan nikmat yang sulit untuk dikatakan. Dan akhirnya, crot-crot.. Kutekan ayam itu ke belakang supaya kontolku masuk lebih dalam. Setelah agak lama aku membiarkan kontolku di dalam dubur ayam itu, kucabut perlahan, terasa linu namun sangat-sangat enak. Ternyata, betul kata pepatah, tak ada perempuan, kambing dan ayam pun jadilah..

*****

Suatu hari, entah iblis mana yang mengantarkanku ke pengalaman yang benar-benar aneh. Aku bermaksud mengembalikan buku yang kupinjam dari salah seorang teman sekolahku, seorang perempuan, Yuli namanya. Ia anak tetanggaku yang paling dekat dengan rumahku, oleh karena itu aku agak berani meminjam buku. Ketika sampai di rumahnya, yang kutemukan hanya ibunya yang sedang menjemur pakaian. Kutanyakan padanya, ia bilang bahwa Yuli sedang bermain di belakang rumah atau paling di saung di kebun singkong, sedang main dengan anjingnya.

Aku pergi ke belakang rumah Yuli, kucari-cari tidak ada. Lalu aku masuk ke kebun singkong tidak jauh dari situ. Kulihat tak jauh ada sebuah saung. Kudekati, tapi kudengar suara keluhan atau tepatnya erangan yang sangat halus, namun kadang-kadang terdengar agak memburu. Aku heran dan penasaran. Kuintip dari arah belakang saung melalui lubang yang agak lebar. Kulihat Yuli sedang duduk, tapi rok bagian bawahnya terangkat ke atas, dan tampak di bawahnya seekor anjing, kutahu nama anjing itu Bleki, sedang menjilat-jilat kemaluan si Yuli. Mata si Yuli tampak terpejam, dan mulutnya mengeluarkan suara seperti mengerang keenakan.

Aku heran akan tetapi entah bagaimana tiba-tiba nafsu birahiku muncul dengan tiba-tiba dan kontolku terasa tegang. Pelan-pelan aku melangkah ke depan saung dan perlahan masuk ke saung itu. Aku membungkuk dan melihat apa yang dilakukan anjing itu. Tampak memek si Yuli telah memerah dan basah oleh air liur anjing itu. Memeknya tampak masih bersih tanpa sehelai pun rambut. Pelan-pelan anjing itu kuusap-usap dan kusingkirkan, dan cepat-cepat kugantikan tugas yang sedang dilakukan anjing itu. Aku meniru apa yang dilakukannya terhadap memek Yuli.

"Ehm.. Ohh.."

Terdengar Yuli mengerang agak kencang. Pelan-pelan kuraba memek Yuli, dan kubuka belahannya. Tampak warna merah muda yang sangat membangkitkan nafsu birahi itu terpampang di depanku. Berbeda dengan memek kambing apalagi dubur ayam. Yang ini benar-benar lain dan sungguh indah. Aku semakin semangat menjilat-jilatnya.

Semakin lama erangan Yuli semakin sering. Tiba-tiba rambutku terasa ada yang memegang dan kepalaku semakin ditekannya kuat-kuat.

"Oohh.. Enak.. Shht..!!" Aku semakin bersemangat.

Tiba-tiba kepalaku dicengkeram dan digoyang-goyang, terdengar Yuli berkata seperti terkejut..

"Siapa itu..?"

Aku menghentikan aktivitasku dan menengadahkan kepalaku, tampak Yuli terkejut..

"Apa yang kamu lakukan?" Tanya Yuli, tapi anehnya seperti tidak ada kesan yang memperlihatkan rasa malu, hanya keheranan. Melihat itu, muncul keberanianku..
"Menikmati memekmu.."
"Oohh... kamu suka?"
"Suka sekali.. Lalu?" jawabku.
"Bagaimana kalau kita lanjutkan?" tanya Yuli.
"Boleh?" aku bertanya tak percaya.
"Heem.. Tanggung, tapi jangan bilang-bilang siapa ya?!"
"Ya.." jawabku sepat.
"Sini lihat kontolmu..!" kata Yuli enteng.

Kubuka resleting celanaku dan kubuka celanaku. Maka keluarlah kontolku yang sejak tadi sudah tegang dan keras. Yuli memegangnya dan menariknya. Aku meringis kesakitan.

"Pelan-pelan dong..!" kataku.
"Aku sudah nggak tahan.. Ohh" ia berkata setengah mengerang.. Ditariknya perlahan kontolku dan diletakkannya ke memeknya dan digosok-gosoknya.
"Tekan-pelan-pelan Med..".

Aku menekannya pelan-pelan, tapi tiba-tiba tumitku yang terlipat menindih batu yang agak runcing, aku kaget karena sakit. Gerakanku yang tiba-tiba menekan kontolku, sehingga.. Bless... Ahh.. Aku dan Yuli melenguh berbarengan. Anehnya kontolku bisa masuk dengan lancar. Dan akhirnya seluruh batang kontolku masuk ke dalam memek Yuli. Terasa kenikmatan yang sangat berbeda jauh dengan memek Kambing apalagi dubur ayam. Hangat, basah dan terasa lebih lembut. Setelah dibiarkan beberapa lama, aku menarik dan menekan secara perlahan, akan tetapi Yuli tampak liar menggoyang ke kiri dan ke kanan secara bersamaan juga mendorong dan menarik..

Luar biasa, gadis kecil ini belajar dari mana? Karena gerakan Yuli begitu atraktif, aku tak tahan lagi, dan tak lama kemudian.. Crot.. Crot.. Aku mengeluarkan spermaku di dalam memek Yuli.. Dan tampak Yuli pun mengerang dengan kuat.. Orgasme. Akhirnya kami berdua ambruk di saung itu. Setelah agak lama, aku berkata...

"Kamu hebat dan tampaknya sudah berpengalaman".
"Ya, berkat kamu dan si Bleki"
"Maksudmu?" tanyaku heran.
"Aku melihat kamu sering ngentot dombamu itu, aku sering mengintipmu. Karena penasaran aku coba dengan anjingku, yakh karena aku tidak punya kambing sepereti kamu"
"Oohh.." aku bergumam..

Sejak saat itu, aku sering bermain dengan Yuli, baik di saung maupun di kebun jagung belakang rumahku. Pengalaman yang benar-benar aneh..

Aku Diperkosa Hewan Peliharaanku

01.34


Cerita Dewasa - Aku Diperkosa Hewan Peliharaanku - Namaku Natalia, panggilanku Lia namun banyak juga yang menyapaku Nat. Usiaku 28 tahun dengan tinggi badan 170 cm. Sehari-hari aku magang di Kebun Binatang Surabaya (KBS) sesuai dengan statusku sebagai dokter hewan lulusan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.

Aku bukanlah satu-satunya dokter hewan di KBS, masih ada empat orang dokter hewan lainnya dan aku termasuk yang paling muda di antara mereka. Hanya ada seorang dokter hewan cowok di KBS, dan aku paling cantik di antara ketiga dokter hewan cewek yang bertugas di KBS.

Walau usiaku paling muda di antara mereka namun aku tetap masih kalah lincah bila dibandingkan dengan mereka. Bukannya karena fisikku cacat namun dikarenakan busana yang kukenakan sehari-hari membuatku tidak selincah mereka yang menggunakan celana panjang selama bertugas sehari-hari. Aku tidak terbiasa memakai celana panjang sehingga penampilanku memang jadi terkesan feminin sekali.

Sehari-hari aku terbiasa memakai rok mini yang bawahannya lebar sedangkan bagian atasan aku lebih suka memakai T Shirt tanpa lengan yang lebih cocok disebut singlet. Namun kalau saat bertugas aku lebih suka memakai hem longgar lengan pendek, karena kalau aku menggunakan T Shirt tanpa lengan waktu bekerja, selain terlihat kurang sopan, juga bisa membuat orang lain khususnya cowok rekan kerjaku tidak bisa bekerja dengan tenang.

Kegemaranku berpakaian ini disebabkan karena keseharianku yang selalu tampil tanpa BH. Memang sejak kecil aku tidak terbiasa dan tidak suka memakai BH hingga saat ini kebiasaan tersebut masih terbawa-bawa, dan jangan heran kalau sampai dengan saat ini pun aku sendiri tidak mengetahui ukuran payudaraku yang montok dan sintal, karena aku memang tidak pernah membeli BH. Bentuk payudaraku memang indah dan ranum walaupun ukurannya sedang-sedang saja. Warna puting susuku yang merah muda dan sedikit kecoklatan ini membuatku lebih percaya diri walau tidak pernah mengenakan BH.

Koleksi CD-ku cukup banyak dengan aneka warna, namun modelnya hanya dua macam, yaitu model G String dan model berenda yang mini sekali. Antara kedua model itu bentuknya sama satu sama lain, hanya saja yang satu terbuat dari seutas tali nylon dan yang yang satu lagi terbuat dari renda yang lebarnya tak lebih dari sebuah jari saja. Cara mengenakannya cukup dilingkarkan di pinggangku, kecuali yang G String ada ikatannya di sisi kanan kiri pinggangku. Selebihnya tersambung di bagian belakang pinggang terus turun ke bawah melalui celah belahan pantatku, melilit melewati selangkanganku, terus ke depan dan tersambung dengan secarik kain sutera tipis berbentuk segi tiga yang hanya berfungsi menutupi liang vaginaku hingga bulu-bulu kemaluanku tidak mampu tertampung semua. Ujung-ujungnya yang lembut tersembul keluar dan terkadang menimbulkan rasa geli saat aku melangkah karena ujung-ujung bulu kemaluanku itu tadi menggesek-gesek lipatan pangkal pahaku. Tak jarang aku juga merasakan kalau lipatan ujung CD-ku agar tergesek ke samping saat kukenakan dan akibatnya sebelah bibir vaginaku jadi tersembul keluar, untung saja masih ada rok miniku yang menutupinya.

Dengan model penampilanku yang demikian, aku tidak bisa berkeliling area KBS naik sepeda seperti rekan-rekanku lainnya. Saat mengontrol dari satu kandang ke kandang lainnya, aku terpaksa harus tetap berjalan kaki saja, sekalian agar sehat, pikirku. Namun apa bila ada panggilan yang bersifat emergency, dari kandang yang agak jauh dari klinik apa bila ada hewan yang sakit maka mau tidak mau aku harus bergegas juga dengan menggunakan sepeda yang memang telah disediakan untuk transportasi petugas di dalam KBS. Tentunya yang senang adalah para pengasuh hewan (keeper) yang berjaga di kandang-kandang yang kulewati, termasuk para pengunjung dan pemilik kios dimana aku lewat, karena mereka dapat tontonan gratis melihat pahaku yang mulus terbuka lebar saat aku mengayuh sepeda melintasi mereka.

Itulah sedikit ilustrasi tentang diriku, yang kuceritakan kembali untuk mengawali kisahku yang baru ini.

Sudah tiga bulan ini aku mendapat tugas mengasuh dua ekor anak singa yang baru saja melahirkan tapi induknya enggan mengasuh anaknya sehingga kami para tim medis memutuskan agar anak singa tersebut segera dipisah dari induknya dan dirawat di ruang karantina yang letaknya berhadap-hadapan dengan klinik kesehatan hewan.

Mungkin karena dianggap paling yunior di antara mereka, maka oleh para dokter hewan senior aku ditugaskan mengasuh dan memberikan susu pada kedua bayi singa tersebut. Tugasku adalah memberikan susu setiap dua jam sekali, termasuk menggendongnya keluar untuk berjemur setiap pagi. Maka tak heranlah kedua anak singa ini menjadi sangat manja dan jinak sekali denganku.

Saat ini kedua anak singa tersebut usianya sudah tiga bulan dan frekwensiku memberikan susu pun jaraknya sudah mulai berkurang, sekarang sudah menjadi setiap empat jam sekali tetapi volume susu yang diminumnya juga sudah lebih banyak lagi. Keduanya tumbuh sehat dan juga sudah bisa meloncat sana sini sambil berlari kecil dengan riangnya. Waktuku belakangan ini jadi lebih banyak tersita untuk berada di ruang karantina merawat kedua bayi singa yang lucu ini.

Kalau pada awal-awalnya aku harus memangku mereka dan memberikan minum susu dari dot, kini mereka sudah bisa minum sendiri dari mangkuk yang kusodorkan. Keduanya langsung menjilati isi mangkuk dengan rakusnya, tak butuh waktu lama untuk menghabiskan semangkuk susu yang kuberikan.

Pagi ini aku seperti biasanya begitu sampai di KBS langsung datang ke ruang karantina untuk mengunjungi dua ekor singa anak asuhku. Mereka meloncat kesana kemari dengan gembiranya menyambut kedatanganku. Langsung saja kubuatkan susu yang kuseduh dengan air hangat dan kuletakkan dalam mangkuk kemudian kusodorkan pada mereka. Sambil berjongkok di hadapan mereka, kuperhatikan keduanya melalap habis susu dalam mangkuk yang kuberikan, dan dalam waktu sekejap saja mereka telah menjilat habis susu itu.

Lalu keduanya memandangku seakan ingin minta tambah. Dan matanya kemudian memandang heran ke selangkanganku yang terbuka saat aku berjongkok. Mungkin mereka terheran-heran melihat gundukan daging yang tersembul di tengah-tengah pangkal pahaku. Naluri ingin tahunya sangat kuat hingga mereka merangkak maju dan mengenduskan hidungnya di selangkanganku. Hidungnya mendekati dan mencium bagian luar vaginaku hingga dapat kurasakan hembusan napasnya yang menerpa lipatan pangkal pahaku.

Aku sedikit ragu dan ingin segera berdiri, namun niatku segera kuurungkan saat terasa ada sesuatu yang kasar dan lunak mengelus bagian luar vaginaku. Rupanya si anak singa tadi menjilati CD-ku sebagai perwujudan rasa ingin tahunya. Hal ini membuatku terangsang karena jilatan tadi ternyata menyentuh sebelah bibir vaginaku yang kebetulan menyembul keluar dari ujung lipatan secarik kain sutera yang menutupi bagian liang vaginaku itu.

Pelan-pelan tanganku memasuki rok miniku untuk melepas ikatan CD di samping kiri kanan pinggangku. Rok miniku dengan bawahan longgar itu terbuka lebar saat aku berjongkok sehingga tidak menyulitkanku untuk melakukan aktifitas tersebut. Dengan sekali tarik maka terlepaslah sudah dan penutup vaginaku pun tertanggal begitu saja.

Kedua ekor anak singa itu tetap berebutan menjilati sekitar selangkanganku. Secara bergantian mereka menjilati pangkal pahaku, dan yang paling disukainya adalah menjilati bagian vaginaku yang langsung membasah karena aku begitu terangsang oleh jilatannya.

Aku sudah tidak mampu untuk berjongkok lebih lama lagi hingga aku pun terjengkang duduk di lantai. Lama kelamaan aku pun sedikit merebahkan badanku. Pinggangku kujadikan tumpuan untuk menumpu tubuhku, kakiku kuangkat dengan bantuan tanganku di pangkal lutut. Kukangkangkan selebar mungkin untuk memberikan sedikit ruang gerak agar kedua ekor anak singa ini lebih leluasa lagi menjilati sekitar selangkanganku.

Cairan bening yang terus mengalir keluar dari dalam liang vaginaku membuat keduanya lebih rakus lagi menjilati bagian luar vaginaku, mungkin karena rasanya yang sedikit asin hingga membuat mereka berdua lebih bergairah, karena secara teoretis semua hewan suka merasakan sesuatu yang rasanya sedikit asin.

Kuletakkan kedua kakiku di lantai dengan posisi tetap mengangkang sedangkan tangan kiriku menopang ke lantai agar badanku tidak terjengkang di lantai sementara tangan kananku membuka kancing bagian atas hemku yang longgar. Tanganku kususupkan ke dalam hemku meraih dan meremas payudaraku yang sudah mengeras pertanda birahiku sudah mencapai puncaknya.

Kupilin-pilin puting susuku dengan jari sehingga aku menggelinjang dan bulu kuduk di belakang leherku seakan berdiri semua rasanya. Sementara itu kedua ekor anak singa ini terus menerus secara bergantian menjilati vaginaku yang sudah sejak tadi tanpa ditutupi oleh sehelai benang pun. Lidahnya yang kasar tetapi lunak itu menjilati bibir-bibir vaginaku dari bawah hingga ke atas secara teratur. Tak jarang jilatannya yang mengandung sedikit tekanan ke vaginaku ini mengenai ujung-ujung klitorisku.

"Hzz.. Zzt! Hzz.. Zzt! Hzz.. Zzt!" Hanya suara itu yang bisa keluar dari mulutku berulang-ulang menahan gejolak kenikmatan yang mengalir dari pangkal pahaku, terus mengalir ke atas sampai ke ubun-ubun kepalaku.

Aku sudah pernah mendapatkan jilatan di vaginaku, namun jilatan yang kurasakan kali ini lain dari pada yang lain. Lidah-lidah anak singa ini lemas, lunak dan sedikit kasar saat menyentuh bibir vagina dan ujung klitorisku. Tiba-tiba ada semacam ledakan dahsyat di bagian pangkal pahaku. Badanku tiba-tiba menggigil dan sedikit kejang, diiringi tumpahnya lahar pelumasku keluar dari dalam rahim menuju ke liang vaginaku.

Tzee.. Eerrt! Tzee.. Eerrt! Tzee.. Eerrt! Aku dapat merasakan semburan lahar hangat yang deras sekali hingga merembes keluar menembus melalui lubang vaginaku. Cairan lendir pelumasku serta merta langsung saja dijilat oleh kedua ekor anak singa ini bergantian. Dengan rakusnya mereka menjilati vaginaku hingga tetes terakhir hingga vaginaku menjadi bersih dan kering kembali.

Aku menarik napas panjang melepas sisa-sisa kenikmatan yang baru saja kualami. Aku tanpa sengaja mendapatkan suatu pengalaman baru dalam menyalurkan hasrat sex-ku, mungkin tidak semua wanita di dunia ini beruntung dapat mengalami dan merasakan hal-hal yang pernah kualami dalam dunia kenikmatan sex.

Aku pun tahu bahwa seandainya pengalamanku ini kuceritakan di situs cerita18+ pasti banyak pembaca yang tidak akan percaya begitu saja dengan pengalamanku yang satu ini. Namun bagiku itu tidak penting, yang penting bagiku adalah bagaimana aku bisa berbagi dengan menceritakan pengalamanku dengan apa adanya lewat situs ini.

Aku pun tidak berani mencoba-coba untuk mengulangi peristiwa itu lagi, karena kedua anak singa ini walau bagaimanapun juga mereka tetap termasuk dalam golongan binatang buas pemakan daging. Aku khawatir bahwa pada suatu saat kelak tanpa kusadari akan ada bagian di selangkanganku yang iritasi karena jilatannya. Hal ini akan berbahaya sekali karena biasanya binatang buas paling tidak tahan mencium bau darah, mereka akan jadi beringas dan penciuman mereka cukup tajam untuk hal yang satu itu.

Tanda Terima asih Tante Kesepian

01.29

Cerita Dewasa Tanda Terima asih Tante Kesepian

Suasana malam minggu ramai memang banyaknya

orang yang hadir membuat Rony pemuda yang memang sedang berjojing ria

membuatnya gerah, pengunjung bar banyak yang membawa pasangan, Rony

tidak sendiri dia datang dengan Igor yang tengah asyik berjojing dengan

seorang wanita yang juga pengunjung diskotik Shinta.



"Hai, boleh aku duduk?!" suara wanita menyapa.



Rony menoleh tersentak dari perhatiannya pada Igor.



"Please..?" balasnya mempersilahkan wanita itu duduk disebelahnya.


"Sendiri?" sapa wanita itu yang memang agak teler mungkin karena terlalu banyak menenggak minuman keras.


"Akh nggak? bareng temanku, tuh" tunjuk Rony pada Igor yang saat itu sedang mendekatinya.




"Hai Ron.. Kenalin dong" sergah Igor.


"Boleh juga boncegan lo.." bisik Igor pada Rony.


"Gila lo.. gue aja belum kenal"


"Ron..?! Kenalin Vira.."


"Vira.." kata wanita itu sambil mejulurkan tangannya.


"Rony..?!" balas Rony.


"Ron sorry nich aku bakal jalan duluan sama Vira, disini terlalu ramai"


"Terus gue gimana?" Tanya Rony.


"Lo disini aja dulu?! Motor gue yang bawa, mana kontaknya?"




"Dasar gila lo, nich?!" Maki Rony.



Kini hanya tinggal Rony dengan wanita itu didalam diskotik Shinta yang malah tambah ramai ketika hari menjelang tengah malam.



"Ron.?!"


Rony menoleh,"Ya..?"


"Boleh aku minta tolong anterin pulang?" Pinta wanita itu pada Rony sambil menyerahkan kunci kontak.



Tanpa menjawab dipapahnya wanita itu pergi meninggalkan ruangan

diskotik Shinta. Mobil yang dikendarai Rony menuju kawasan perumahan

Lippo yang memang telah ditunjuk wanita itu.



"Nich cewek kayaknya Tante-Tante?" Bathin Rony setelah

memperhatikan wajah wanita itu yang kelihatan mencerminkan usianya

kira-kira 35-an. Sepanjang perjalanan Rony memperhatikan wanita yang

tertidur disebelahnya. Pakaiannya yang hanya menutupi sebagian tubuhnya

sehingga jelas sekali terlihat buah toketnya yang putih dan gede terus

ke bagian bawah yang hanya memakai rok span sehingga jelas terlihat

sangat mulus dan sangat seksi. Tiba tiba pikiran joroknya mulai

merambah ditambah lagi jalan tol menuju Lippo sepi dan gelap. Tangan

Rony mulai meraba paha, disingkapnya rok mini merah itu kini terlihat

jelas CD wanita itu.



"Gila merah juga?" Ucapnya lirih takut tuh Tante bangun.





Kini tangan jahilnya mulai ke atas menuju bukit kembar yang nongol gede.



"Busyet mantep banget nich?" Remasan kecil tidak membuat Tante ini bangun pikirnya.


"Sial lagi asyik sudah sampai?!" Gerutu Rony sambil melepas remasan

kecil pada payudara Tante itu terlihat pintu tol 500 meter lagi.

Mungkin karena cahaya lampu pintu tol sang Tante terlihat bangun sambil

membersihkan matanya.


"Dimana ini?"


"Mau masuk perumahan Tan?" Jawab Rony.


"Belok kiri no.13" tunjuk Tante itu rumahnya.


"Ok" Rony mengiyakan.



Rumah kawasan Lippo memang terkenal mewah gerbang rumah berwarna

biru itu terbuka setelah dari dalam mobil Tante itu memencet remot

pagar begitu juga pintu garasi, mobil lancer langsung meluncur masuk ke

dalam garasi.





"Mari Tan.." bermaksud memapah Tante itu.


"Ah nggak usah pusingnya agak mendingan kok" tolak Tante itu halus.


"Ayo masuk" ajaknya sambil menuju pintu rumah didalam garasi.



Jalannya yang anggun membuat Rony menelan air ludah. Pantat gede

Tante itu goyang kanan kiri mengikuti irama kakinya yang panjang dan

mulus.



"Silahkan duduk..?!" mempersilahkan Rony duduk.


"Tanks Tante?" balas Rony.


"Oh ya siapa namamu tadi?" tanya Tante itu sambil pergi ke arah ruangan lain.


"Rony" balas Rony sedikit berteriak agar terdengar.





Tante Susi membawakan dua gelas bir sambil duduk disebelah Rony rapat sekali membuat Rony agak keki.



"Silahkan minum?" sambil menyerahkan segelas bir kaleng.


"Tanks Tan.."



Ditenggaknya bir itu bukannya haus tapi menahan gejolak birahi melihat paha putih mulus dan buah dada yang menantang.



"Santai aja? Haus ya?"


"Lumayan?!" balas Rony memerah.


"Oh ya.. Panggil aku Susi" Tante Susi memperkenalkan namanya.




"Tante Susi tinggal sendiri?" Mencoba Rony untuk ngobrol.


"Jangan panggil Tante Susi donk, Tante aja, apa Susi aja"


"Tante dech.." Rony memastikan.


"Sudah tua ya?" balas Tante Susi.


"Tapi Tante kelihatan masih cantik.." sambil matanya terus memeperhatikan buah dada tante Susi yang menggantung indah.


"Makasih" tersipu Tante Susi dipuji seperti itu.


"Oh ya Tante tinggal dengan siapa?" Tanya Rony penasaran.


"Aku tinggal ama suamiku, dia lagi berlayar 2 bulan sekali dia pulang sudah 2 minggu dia berangkat berlayar.." jelas Tante Susi.


"Oh begitu ya..?" berarti dia kesepian nich bathin Rony.




"Kamu sudah punya pacar?" Tante Susi bertanya sambil menarik tangan Rony ke atas pahanya yang putih itu.


"Belum Tan..?!" jawab Rony menarik tangannya mencoba malu-malu kucing.


"Kenapa? kok malu?! Apa aku harus tidur lagi biar kamu enggak malu dan leluasa mengelus-elusku"


"Maksud Tante?" bertanya heran Rony.


"Aku tahu yang kamu lakukan sepanjang perjalanan tadi, aku diam

karena kupikir kamu kan sudah tolongin aku boleh donk sebagai tanda

terimakasih"


"Jadi ni Tante juga keenakan toh, sial deg-deg an juga gue, gue

kira dia tahu bakal marah eh malah seneng, aman sekarang dong, asyiik?"

Bathin Rony.



Sekarang Rony bebas melakukan gerakannya karena sudah tahu Tante

Susi senang diperlakukan seperti itu. Tangan Rony mulai meraba paha

Tante Susi.



"Kulit Tante halus sekali..?!" bisik Rony ke telinga Tante Susi disertai jilatan halus membuat Tante Susi menggelinjang geli.


"Oh ya? Terusin dong ke atas Ron..?" pinta Tante Susi manja.





Tangan Rony masuk ke dalam celana dalam Tante Susi.



"Okh kamu ahli sekali Ron?" tangan Tante Susi mulai menjalar ke arah celana Rony dan mulai menelanjangi Rony dengan ganas.


"Tenang Tan?"


"Tanganmu itu yang membuat aku engga' tahan okh.. Okh" kembali Tante Susi mengerang kenikmatan.



Kini Rony sudah telanjang di pegangnya peler millik Rony yang lumayan besar.



"Gede juga punyamu" ucap Tante Susi sambil mulai mengulum peler

Rony Rony hanya bisa mendesah kenikmatan ketika pelernya amblas ke

dalam mulut Tante Susi.


"Okh Tante okh.. Okh" sambil meremas rambut Tante Susi.




"Telanjangi aku Ron" pinta Tante Susi setelah puas mengulum peler Rony.



Rony mulai melakukannya hingga telanjang polos sudah Tante Susi,

jelas terlihat bukit berumput hitam lebat dan sepasang payudara yang

gede. Rony merebahkan tubuh bugil itu diatas kursi.



"Regangin pahamu Tan" pinta Rony.



Mulai ia menjilati vagina Tante Susi yang merah mungkin karena jarang di pake.



"Oh bulu jembut Tante lebat banget.."


"Tapi ok kan..?"


"Mantep Tan" ujar Rony sambil menyingkap bulu lebat itu dan mulai memainkan lidahnya dibibir vagina Tante Susi.




"Ukh.. Ukh.. Ukh hebat terus jilat terus Ron okh.. Enak.. Enak"



Menggelinjang eggak karuan Tante Susi menahan birahi yang mulai

merambah urat-urat pembuluh darahnya. Sementara tangan Rony asyik

meremas payudara Tante Susi yang gede.



"Remas Ron remas yang kenceng ukh.. ukh.." sambil matanya merem

melek. Terlihat jelas oleh Rony vagina Tante lisa kembang kempis karena

kenikmatan.



"Ron masukin donk, masukin Ron.. Ukh"



Sedikit dibungkukkan tubuh roni sambil mulai mengarahkan batang

pelernya ke arah vagina Tante Susi yang sudah becek karena jilatan

lembut lidah Rony. Perlahan tapi pasti peler Rony mulai merambah masuk

ke dalam vagina Tante Susi.



"Okh.." desah Tante Susi keenakan.



Pantat Rony bergerak maju mundur.


"Okh.. Enak Ron okh.." merem melek Tante Susi dibuatnya.


"Okh.. Okh.. Goyang terus" pinta Tante Susi masih keenakan.



Rony pun merasakan kenikmatan teramat sangat pelernya terasa ada

yang menyedot halus dan nikmat ditambah desahan Tante Susi yang sangat

merangsang urat syarafnya menegang.



"Okh Tan empuk juga memekmu Tan okh.. Okh" sambil terus pantatnya

maju mundur mengoyak vagina Tante Susi yang sudah basah banget.



Mulut Tante Susi yang mendesah seksi itu disambar Rony hingga

keduanya saling berciumn liar, tangan Rony pun tidak tinggal diam

remasan liar menimpa payudara Tante Susi yang sudah keras. Cukup lama

perbuatan cabul diatas sofa itu berlangsung dengan sengit dengan

teriakan Tante Susi yang tak tahan akan peler Rony yang beraksi.

Hingga..



"Tan.. Pindah ke lantai yu?" ajak Rony.


"Terserah, asal jangan dilepas ya? Habis enak banget sih.."



Peler Rony masih menancap tegang di vagina Tante Susi, diangkatnya

tubuh bugil Tante Susi lalu merebahkannya diatas lantai yang

berpermadani halus itu. Keringat mengucur deras kenikmatan enggak

terbendung gerakan maju mundur Rony yang kadang diselingi putaran

pelernya membuat Tante Susi merem melek menahan gairah yang mungkin

sangat diharapkannya malam itu.


"Ron gantian ya?" pinta Tante Susi ganti posisi.



Mereka berguling separo sehingga sekarang posisi Tante Susi berada di atas menindih tubuh Rony.



"Ron gimana kalau goyang gini" tawar Tante Susi sambil mengoyang pantatnya yang padat berisi.


"Gila Tan.. Enaak banget terus tan ukh.. Ukh.." sambil tangannya

terus meremas payudara yang sekarang lebih menantang karena menggantung

indah dan mantap.


"Oh Ron aku sudah tidak kuat Ron.. Okh.. Ron.. Okh.. Ron.. Okh"


"Tahan sebentar Tan.. Aku jagu sudah mau sampai okh.. Okh" erangan Rony menahan goyangan Tante Susi yang semakin liar.


"Okh.. Okh.. Aku keluar.. Okh.. Okh.."


Dengan cepat dicabut memeknya lalu disodorkan ke arah wajah Rony.


"Okh.. Hisap Ron.. Okh" pinta Tante Susi sambil tangannya mengocok kencang peler Rony yang saat itu sedang di ujung banget.


Dengan jilatan ganas dihisapnya vagina Tante Susi beserta cairan

yang keluar dari dalam vagina itu Tante Susi terlihat sangat menikmati

jilatan itu. Serr.. air mani vagina Tante Susi muncrat ke wajah Rony.


"Okh.. Okh.." erangan Tante Susi sambil terus membenamkan memeknya ke wajah Rony.


"Okh Ron kamu luar biasa" puji Tante Susi atas kehebatan Rony melayaninya.

Rony duduk di sofa kembali sementara pelernya masih menegang

tangguh, dengan penuh pengertian Tante Susi mengocok peler Rony yang

sudah tegang.

"Okh.. enggak lama Tan.. Okh.."



Crot.. Crot.. Dari peler Rony keluar cairan putih kental yang

langsung dengan sigap Tante Susi memasukkan peler Rony ke dalam

mulutnya.

"Akh.. Okh.." Rony tersenyum puas begitu juga Tante Susi yang

memang malam itu sangat mendambakan memeknya mengeluarkan cairan

kenikmatan ditemani lelaki perkasa seperti Rony.



Keduanya lalu beranjak kekamar tidur Tante Susi, setelah Tante Susi

mengajak Rony ke kamarnya untuk istirahat sejenak dengan harapan Rony

dapat melanjutkan kembali memuaskan nafsu birahinya.

Mampukah Rony..?

Tahukah Anda

Kesehatan

Selebritis

 
© Copyright cuplikan peristiwa 2010 -2011 | Design by genji try | | Powered by Blogger.com.